![]() |
Pasukan Afghanistan yang didukung oleh AS baru-baru ini melakukan serangkaian operasi melawan militan ISIS (AFP) |
Namun, setelah bombardir serangan oleh pasukan AS dan Sekutu selama kurang lebih dua tahun terakhir, sekaligus dengan tewasnya para pemimpin penting ISIS, membuat kekuatan kelompok ekstremis itu melemah. Pada 2017, diperkirakan jumlah anggotanya berkurang tajam hingga 28.600 orang di Irak dan Suriah.
Kebangkitan kembali kekuatan ISIS, seperti dikutip dari VOA Indonesia pada Selasa (14/8/2018), dianggap sebagai kegagalan pasukan koalisi pimpinan AS yang telah mengeluarkan US$ 14,3 miliar untuk melakukan banyak serangan udara terhadap kelompok ekstremis itu.
Dalam laporan kwartal Inspektorat Jenderal AS, yang salah satunya didasarkan pada analisisi kementerian pertahanan, kekuatan ISIS di Irak kini diperkirakan mecapai 17.000 orang, dan sekitar 14.000 orang lainnya di Suriah. Namun, mereka yang berada di kawasan operasi pasukan koalisi, yakni di perbatasan utara kedua negara, disebut tidak lebih dari 6.000 saja.
"Kalau dilihat sepintas, pemerintah Amerika mengatakan bahwa ISIS kini punya jumlah militan yang sama di Irak dan Suriah, yang disebut hampir serupa dengabn awal-awal ISIS berkuasa," kata Thomas Joscelyn, seorang pejabat senior pada Foundation for Defense of Democracies.
Jocelyn juga menambahkan bahwa laporan Pentagon itu meduga ISIS telah mampu mengganti jajaran komandonya dengan baik, walau harus bertempur melawan banyak musuh di Irak dan Suriah.